Pada jaman Nabi Musa AS menjadi pemimpin
Bani Israil, ada seorang yang bernama Qorun. Awalnya Qorun adalah salah
seorang pengikut Nabi Musa AS yang sangat taat beribadah. Karena sangat
sibuk beribadah, Qorun tidak begitu peduli dengan masalah duniawi.
Alhasil Qorun dan keluarganya hidup serba kekurangan. Namun, meski
begitu Qorun termasuk ulama yang sangat disegani saat itu.
Istri Qorun, Ilza, tidak terlalu puas
dengan kehidupannya. Dia sering mengeluh dan merengek agar Qorun mau
lebih berusaha meningkatkan taraf hidup mereka. “Suamiku, sepertinya aku
mulai bosan hidup miskin. Kenapa kita harus hidup menderita seperti ini
padahal kau taat beribadah?” rengek Ilza pada Qorun. “Istriku, kenapa
kau membandingkan kesenangan duniawi dengan kesenangan bathin? Ibadah
adalah untuk membuat hati kita tenang, bukan untuk mencari kekayaan,”
jawab Qorun. “Tapi aku juga ingin sekali-kali makan enak dan punya baju
bagus seperti orang lain,” rengek Ilza. Qorun tertegun mendengar
rengekan istrinya. “Maafkan aku istriku, aku tidak tahu kalau kau begitu
menderita,” kata Qorun.
Suatu hari datanglah dua orang pria ke
rumah Qorun. Mereka mengaku utusan raja Gholan yang membawa hadiah
berupa uang emas yang banyak. “Maaf, kenapa saya harus menerima hadiah
dari raja Gholan? Saya tidak mengenalnya, dan tidak merasa pernah
berbuat kebaikan padanya. Jadi maaf, saya tidak bisa menerima
pemberiannya,” kata Qorun. “Oh, tentu saja anda sangat berjasa. Bukankah
anda adalah ulama besar yang mengajarkan kebaikan disini? Lagipula raja
kami juga memberikan hadiah yang sama untuk ulama lainnya kok!” bujuk
kedua utusan itu. “Ah tetap saja saya tidak bisa menerima hadiah ini.
Pasti ada maksud lain dari pemberian ini,” pikir Qorun. “Maaf saya tidak
bisa menerima pemberian rajamu. Sampaikan saja rasa terima kasihku!”
kata Qorun pasti.
Berkali-kali kedua utusan itu datang,
namun selalu ditolak oleh Qorun. Akhirnya mereka memutuskan unk datang
saat Qorun tidak sedang berada di rumah dan menemui Ilza istri Qorun.
“Ayolah nyonya, diterima saja hadiah ini. Nyonya bisa beli apapun yang
nyonya mau,” bujuk mereka. “Benar juga,” pikir Ilza, “aku kan sudah lama
ingin punya uang banyak.” Tapi dia lalu teringat suaminya yang tidak
mau menerima hadiah itu. “Ah tapi saya juga takut nanti suamiku akan
marah jika tahu aku menerima hadiah yang ditolaknya,” kata Ilza muram.
“Nyonya jangan bilang dulu! Berikan saja suami nyonya masakan yang
lezat. Dan nyonya juga harus berhias supaya suami nyonya terpesona. Maka
suami nyonya dijamin tidak akan marah!” bujuknya. “Hmmmm, ada baiknya
juga dicoba,” pikir Ilza. Maka dia menerima hadiah dari raja Gholan
tersebut.
Sorenya saat Qorun baru pulang dari
tempat ibadah, dia melihat istrinya telah memakai pakaian bagus dan
kelihatan tampak cantik. Bukan itu saja, di meja makan telah terhidang
makanan dan minuman yang sangat lezat. “Darimana kau dapat semua ini?”
tanya Qorun heran. “Makanlah dulu, nanti akan kuceritakan,” kata Ilza
berahasia. Kemudian setelah Qorun selesai makan dan minum, Ilza
menceritakan apa yang terjadi. “Apa? Bukannya aku sudah menolak hadiah
tak jelas itu? Kenapa kamu malah menerimanya?” tanya Qorun kaget.
“Suamiku, bukankah kau juga senang bisa makan enak dan melihat istrimu
berdandan?” rayu Ilza. “Tidak ada salahnya kan punya uang banyak? Toh
kita masih bisa tetap beribadah,” lanjut Ilza. Qorun termenung.
“Baiklah!” katanya. “Tapi jika nanti dia menuntut macam-macam, kita
harus mengembalikan uangnya,” kata Qorun.
Karena terbiasa hidup enak, ibadah Qorun
makin lama makin berkurang. Apalagi Ilza selalu melarangnya jika dia
berniat untuk mengunjungi nabi Musa. “Bersama Nabi Musa hidup kita
miskin. Lebih baik jauhi saja dia!” begitu terus kata Ilza. Lama
kelamaan Qorun tidak pernah lagi beribadah. Kini dia mulai sibuk
berniaga. Makin hari hartanya semakin banyak. Hingga akhirnya Qorun
menjadi orang yang sangat kaya raya. Namun sayang, kini dia menjadi
sombong dan pelit. Dia selalu ingin terlihat berkuasa dan gila pujian.
Kekayaannya selalu dihitung sampai sedetil-detilnya, hingga kehilangan
satu dinar pun dia pasti akan mengetahuinya.
Suatu hari ada salah seorang sahabat lama
Qorun yang mengingatkan dia untuk membayar zakat atas hartanya yang
berlimpah. Terpaksa Qorun mendatangi nabi Musa untuk menanyakan berapa
banyak zakat yang harus dibayarnya. “Setiap seribu dinar zakatnya satu
dinar. Seribu kambing zakatnya satu kambing. Seribu gram emas zakatnya
satu gram emas. Begitu seterusnya,” jelas nabi Musa. Qorun mulai
menghitung zakatnya, ternyata jumlahnya lumayan besar. Rasa kikirnya
muncul. Pikirnya dia sudah susah payah mencari kekayaan kenapa harus
dibuang percuma. Maka dia mulai berprasangka buruk tehadap nabi Musa.
Menurutnya peraturan zakat itu hanyalah tipu muslihat nabi Musa untuk
kesejahteraan nabi Musa sendiri.
Qorun memang keterlaluan. Bukan saja dia
tidak mau mebayar zakat hartanya, dia juga menghasut saudagar-saudagar
lainnya supaya tidak membayar zakat. Bahkan dia merencanakan untuk
mencelakakan nabi Musa. Dia membayar seorang wanita penghibur untuk
mengaku pernah berbuat tidak baik dengan nabi Musa. Suatu siang, saat
nabi Musa sedang berdakwah, Qorun sengaja bertanya apa hukumannya jika
pria dan wanita yang bukan suami istri tapi melakukan zina. “Hukumannya
adalah dirajam!” jawab nabi Musa tegas. “Apakah itu juga berlaku bagimu
wahai nabi?” tanya Qorun lantang. “Tentu! Hukumannya juga dirajam,”
jawab nabi Musa. “Kalau begitu kami harus merajammu wahai nabi! Bukankah
kau telah berzina dengan seorang wanita sedangkan dia bukan istrimu?”
kata Qorun dengan suara keras. “Naudzubillahi Min Dzalik, aku tidak
pernah berbuat sehina itu. Celakalah orang yang menuduh tanpa bukti!”
kata nabi Musa. “Tentu saja aku punya bukti,” jawab Qorun dengan tenang.
Lalu dipanggilah si wanita penghibur. Tapi si wanita penghibur tadi
setelah berhadapan dengan nabi Musa menjadi ciut nyalinya. Sehingga dia malah membeberkan kejadian yang sebenarnya.
setelah berhadapan dengan nabi Musa menjadi ciut nyalinya. Sehingga dia malah membeberkan kejadian yang sebenarnya.
Mendengar hal itu nabi Musa menjadi
marah. Dia berdoa kepada Alloh Swt untuk memberikan petunjuk. Lalu Alloh
berfirman bahwa Alloh telah memerintahkan bumi untuk taat kepada nabi
Musa. Nabi Musa lalu berkata: “Wahai Bani Israil sesungguhnya Alloh
telah memerintahkan kalian untuk taat kepadaku. Barang siapa yang ingin
bersama Qorun tetaplah bersamanya. Siapa yang ingin bersamaku,
menjauhlah dari Qorun!” Semua orang menjauhi Qorun, hingga tinggal
tersisa dua orang. Lalu nabi Musa berkata pada bumi, “Wahai bumi
telanlah Qorun dan pengikutnya!” Tiba-tiba bumi dimana Qorun dan
pengikutnya berpijak bergetar kemudian membelah dan mulai menelan
mereka. Sia-sia saja Qorun berteriak minta ampun, dosanya sudah tidak
terampuni. Maka dia dan pengikutnya hilang ditelan bumi.
Tetapi setelah peristiwa itu, orang-orang
mulai berprasangka bahwa nabi Musa sengaja menghukum Qorun supaya bisa
menguasai hartanya. Maka sekali lagi nabi Musa meminta bumi untuk
menenggelamkan harta Qorun supaya terhindar dari fitnah. Alloh
mengabulkan doa nabi Musa dengan menciptakan gempa bumi yang dahsyat,
sehingga semua harta Qorun terkubur di dalam bumi. Mungkin Itulah asal
mulanya kenapa kita menyebut harta yang terpendam dengan istilah harta
karun.
Sumber: Islam itu indah
No comments:
Post a Comment