**

Wednesday, July 24, 2013

Densusleaks, Bocornya SMS Gorries Merre

Puluhan SMS Gorries Mere yang dibocorkan oleh Mega Simarmata membuka mata publik. Ternyata sepak terjang Densus 88 dan godfather-nya sangat berwarna. Jauh sebelum Julian Assange menghebohkan dunia dengan Wikileaks-nya, Mega Simarmata telah mengguncang dengan Densusleaks.

Beberapa waktu lalu, Julian Assange membocorkan dokumen-dokumen dan komunikasi Deplu AS yang menghebohkan dunia. Jika dahulu orang harus menunggu selama 30 tahun untuk bisa mengakses informasi terdeklasifikasi (declassified) sesuai undang-undang, kini Assange membuatnya jadi instan. Cukup buka situs Wikileaks, segudang bocoran informasi akan bisa diakses bahkan diunduh. 

Belakangan Assange ditangkap di Inggris dan dipenjarakan. Namun situs penuh bocorannya tetap mengudara dengan berganti-ganti server. Di Indonesa kemudian muncul situs Indoleaks yang membocorkan beberapa dokumen rahasia seputar Orde Baru, pembunuhan Munir dan kasus Lapindo. Embel-embel “leaks” menjadi daya tarik bagi para pengakses internet. 

Jika situs-situs “leaks” membocorkan dokumen dan komunikasi negara, beda lagi dengan situs katakami.com. Situs berita yang yang dipimpin oleh seorang jurnalis bernama Mega Simarmata ini kerap memuat berita yang mengungkap sepak terjang “godfather” antiteror di Indonesia, Gorries Mere. Karena Gorries sangat berpengaruh dalam operasi Densus 88 Antiteror dan Satgas Bom Mabes Polri, tak berlebihan jika situs katakami berubah nama menjadi “Densusleaks.” 

Mega menulis banyak hal tentang Gorries. Dari dugaan korupsi alat komunikasi buatan Israel hingga dugaan kongkalikong Gorries dengan bandar narkoba bernama Monas. Konon ia berkali-kali diteror, ponselnya disadap hingga tak dapat digunakan. Situs katakami.com pun kerap di-hack sehingga harus di-back up dengan sebuah blog. 

Secara khusus Mega menuding pelakunya adalah Kombes Petrus Reinhard Golose, bekas Kadivtelematika Mabes Polri. Tangan kanan Gorries itu kini menjadi direktur di Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). 

Terkait kehidupan pribadi Gorries, Mega menulis kedekatan sang komjen dengan seorang polwan bernama Vivik Tjangkung meski telah beristri. Beberapa artikel yang ditulis Mega  menyoroti hal itu cukup tajam. 

Tommy Winata
 
Terakhir, pada 9 Mei 2009, Mega membocorkan puluhan SMS Gorries, dari nomor HP 0811995999 dan 0816.999999. Nomor kedua ini disebut Mega sebagai nomor ini atas nama Tommy Winata, taipan keturunan Cina yang sempat ribut dengan Majalah Tempo karena dituduh berada di belakang terbakarnya Pasar Tanah Abang. Tommy juga yang akan menangani proyek pembangunan jembatan Selat Sunda. Menurut Mega, nomor itu telah digunakan sejak bertahun-tahun lalu oleh Gorries Mere. 

Dalam SMS-SMS yang dikirim, Gorries memakai inisial GM. Sementara Mega Simarmata disebutnya MS. GM seolah selalu melaporkan keberadaannya, mungkin juga sebagai balasan atas SMS MS. Misalnya ketika GM berada di Washington DC tanggal 17 Januari 2007.  Saat itu GM mendampingi Kapolri Sutanto meminta akses untuk bisa memeriksa Hambali yang tengah ditahan di Kamp Guantanamo. Sebuah permintaan yang ditolak oleh Amerika. 

Keesokan harinya, GM menceritakan komunikasinya dengan Brigjen Badrodin Haiti, Kapolda Sulteng. Saat itu situasi di Poso tengah memanas karena polisi memaksa para DPO teroris yang bermukim di kompleks Pesantren Tanah Runtuh menyerah. Namun mereka baru mau menyerah jika 16 nama aktor intelektual Kristen yang disebut namanya oleh Tibo cs. juga ditangkap. Perundingan pun buntu. 

Saat itu Gorries Mere sedang berada di Amerika Serikat. Namun, menurut Mega, atas perintah Gorries Mere maka dilakukan penyerangan yang kedua kalinya di Poso tanggal 22 Januari 2007 yang mengakibatkan belasan orang sipil tak bersenjata tewas akibat tembakan POLRI. Saat itu, KOMNAS HAM turun ke lokasi bentrok tersebut dan menyimpulkan bahwa POLRI telah melakukan pelanggaram HAM. 

Pada hari bakutembak berkecamuk di Poso, GM tak lupa mengabarkan situasi di sana pada MS. GM bercerita berbagai senjata digunakan oleh kelompok DPO. Akibatnya tiga polisi terluka. 
Penyadap Israel
 
MS juga bercerita, sambil membocorkan SMS GM tentunya, bagaimana GM begitu sebal pada mantan KSAD Jenderal Ryamizard Ryacudu. Mega menulis bahwa sejumlah SMS dari Gories Mere bernada mengejek Jenderal Ryamizard Ryacudu. Semua SMS “sangat lancang” serta “tidak santun” dari GM yang mengejek Ryamizard kemudian di-forward ke nomor ponsel sang jenderal.
Menurut wartawati ini, Gories Mere memiliki kecenderungan untuk mengejek dan merendahkan TNI, tetapi juga mengejek dan merendahkan institusinya sendiri, Polri. Menurut Mega, Gories Mere adalah perwira tinggi Polri yang sangat tidak kredibel dan menyebarkan benih perpecahan disana-sini. 

GM bukan tak sadar bahwa ia tak disukai banyak orang. Namun ia mengklaim bahwa hal itu karena dua sebab. Pertama karena ia Kristen, kedua karena ia tak seperti pejabat lain di Indonesia yang suka korupsi. Ia lebih suka berpikir dan berbuat untuk bangsa dan negara. Ini tercantum dalam SMS GM tanggal 14 Mei 2007. 

Namun, empat hari sebelumnya, GM mengirimkan SMS dari Madrid, Spanyol. Menurut Mega, GM mengaku tengah menggelar pertemuan rahasia dengan pengusaha yang menyediakan alat penyadap dari Israel. Pengusaha itu konon mengeluh banyaknya upeti yang setoran yang harus dikeluarkan jika hendak melakukan investasi ke Indonesia. 

Mega sangsi dengan cerita GM itu, menurutnya itu hanya keterangan sepihak. “Pertanyaannya adalah mengapa ia mengadakan pertemuan gelap atau rahasia di luar negeri dengan pengusaha alat penyadap ? Patut dapat diduga, GORIES MERE terlibat dalam kasus korupsi pembelian alat penyadap buatan Israel yang digunakan Tim Anti Teror POLRI.” 

Bocoran dari Mega ini mengingatkan publik pada kasus korupsi alat komunikasi (alkom) di Polri. Saat itu ada beberapa perwira tinggi yang dituding merugikan miliaran rupiah uang negara. Namun yang dikorbankan hanya Henry Siahaan, rekanan Polri dalam proyek itu. Henry pun masuk bui dan kemudian bercerai dengan isterinya, Yuni Shara. 
 Abu Dujana
 
“Laporan” GM pada MS terus berlanjut. Pada 9 Juni 2007, Pada Pukul 14.15.47, GM mengaku tengah berada di hutan Pantai Selatan Wilayah Gombong. Saat itu ia tengah memantau penangkapan atas Abu Dujana. Tersangka teroris yang dianggap dekat dengan Noordin M Top. 

Penangkapan ini sempat memicu heboh. Pasalnya Menlu Australia Alexander Downer merilis kabar itu tanggal 11 Juni, dua hari sebelum Mabes Polri mengakuinya. Beberapa jam sebelum jumpa pers Polri, dinihari tanggal 13 Juni 2007, GM meng-SMS Mega bahwa ABD (inisial Abu Dujana) telah tertangkap. “We got him. Thank you so much Non, for everything that has been happened & already done.” GM menyapa MS dengan sebutan akrab, Non, dalam berbagai SMS-nya. 

Empat hari kemudian, tepat hari Minggu, GM kembali menyapa MS. “Belum Misa, Non? Sangat confidential, Only For Non. Ada yang sedang diambil dan sedang dikorek-korek karena masih kunci mulut. Pakai doanya Non lagi, dong … 

Tiga hari berikutnya, 20 Juni 2007, GM kembali melaporkan perkembangan kasus Abu Dujana. Saat itu bola panas bergulir karena anak Abu Dujana yang berumur 8 tahun bersaksi di depan DPR bahwa ayahnya ditembak meski sudah menyerah. Polri pun menjadi bulan-bulanan kecaman publik. 

Realita yg diungkapkan oleh GM dalam SMS-nya lebih parah. Sebenarnya Abu Dujana mau ditembak mati!
“Sebenarnya Petugas kami akan melumpuhkan dgn menembak KEPALA ABD. Tapi Ybs berkelit. Menundukkan kepala & pahanya NUNGGING ke ATAS sampai tertembus peluru. Hehehe. Untung dia !” 
“Membeli” Opini Gus Dur
 
Dalam situasi terpojok itu, dikecam publik lantaran kejanggalan dalam kasus Abu Dujana, pada tanggal 22 Juni GM mengirimkan bahan-bahan berita versinya kepada MS. Kepada Kombes Benny Mamoto, salah satu perwira andalannya di Densus 88, GM menmerintahkan bahan itu dikirim via faks. “Tolong Ben, sekarang juga bahan tadi dikirim melalui fax.” 

Untuk memperkuat permintaan dukungan itu, GM pada tanggal 25 Juni mencoba menyuap MS dengan uang sebesar 10 juta rupiah. Mega mengaku ia sama sekali tak mau menerima uang tersebut. Kemudian ajudan GM bernama Santos juga berupaya menyerahkan uang tersebut pada MS.
Entah apa yang kemudian terjadi. Namun pada tanggal 29 Juni, GM mengucapkan terima kasih atas bantuan MS. Untuk memberi “keseimbangan pemberitaan,” Mega Simarmata meminta pendapat, pandangan dan tulisan kolom dari Mantan Presiden Abdurrahman Wahid, Adhie Massardi dan sebagainya. “Opini penyeimbang” itu dimuat di halaman khusus yang dibayar berdasarkan tarif iklan advetorial berbagai surat kabar sehingga menghabiskan dana hampir Rp. 20 Juta. 

Puluhan SMS Gorries Mere yang dibocorkan oleh Mega Simarmata membuka mata publik. Ternyata sepak terjang Densus 88 dan godfather-nya sangat berwarna. Jauh sebelum Julian Assange menghebohkan dunia dengan Wikileaks-nya, Mega Simarmata telah mengguncang dengan Densusleaks.
Mega berjanji akan terus membocorkan SMS Gorries dalam kurun waktu 2006-2009. Sejauh ini baru sekitar 27 SMS yang dibocorkan dalam berangka tahun 2007. Padahal Mega mengaku ada ribuan SMS! Ia berjanji akan terus membocorkan SMS-SMS itu jika diintimidasi oleh Gorries. Benarkah? Kita tunggu saja.  (muslimdaily/arrahmah.com).
Summber: Arrahmah.com
***

No comments:

Post a Comment

****