Yangon, - Tulisan majalah Time mengenai seorang biksu
Buddha terkemuka di Myanmar menuai kemarahan pemerintah dan publik
negeri itu. Apalagi artikel itu disertai headline "The Face of Buddhist Terror".
Para pengguna media sosial juga mengungkapkan kemarahan mereka atas foto di sampul edisi Juli 2013 majalah ternama Amerika Serikat itu. Untuk sampul majalah, Time memasang foto biksu kontroversial Myanmar, Wirathu, yang telah melontarkan sejumlah pernyataan antimuslim menyusul serangkaian kekerasan sektarian antara warga muslim dan Buddha di negeri itu.
"Itu (tulisan Time) telah menimbulkan kesalahpahaman mengenai agama Buddha yang telah ada ribuan tahun dan merupakan agama mayoritas warga negara kami," demikian pernyataan kantor kepresidenan Myanmar yang diposting di situs resmi kepresidenan.
"Pemerintah saat ini sedang berjuang bersama para pemimpin agama, partai politik, media dan masyarakat untuk membersihkan Myanmar dari konflik-konflik yang tak diinginkan," demikian disampaikan seperti dilansir kantor berita AFP, Senin (24/6/2013).
Petisi online yang dimulai akhir pekan lalu untuk mengecam majalah Time, hingga hari ini telah berhasil mengumpulkan hampir 40 ribu nama pendukung. Dalam petisi itu disebutkan, penggunaan kata-kata "Buddhist" dan "Terror" dalam artikel yang menjadi cover story Times tersebut telah "membuat marah umat Buddha yang damai".
Sementara para pengguna Facebook menuding Time telah memperburuk perpecahan dan menghina agama utama Myanmar. "Menghina biksu Wirathu, seorang putra Buddha adalah sama dengan menghina agama Buddha," demikian bunyi postingan seorang pengguna Facebook bernama Wai Phyo.
"Apa yang dilakukan Wirathu saat ini adalah melindungi agama dan kebangsaan kami," tulis pengguna Facebook lainnya seraya mendesak Time untuk meminta maaf.
"Jelas sekali penulis ini tidak memahami Myanmar dan Buddha dengan baik," demikian bunyi postingan lainnya.
Pada Maret lalu kekerasan sektarian kembali terjadi di Myanmar tengah yang menewaskan sedikitnya 44 orang. Ribuan rumah dibakar dalam insiden tersebut. Menurut sejumlah saksi mata, sejumlah orang yang mengenakan jubah biksu terlibat dalam konflik sektarian antara warga muslim dan Buddha tersebut.
***
Para pengguna media sosial juga mengungkapkan kemarahan mereka atas foto di sampul edisi Juli 2013 majalah ternama Amerika Serikat itu. Untuk sampul majalah, Time memasang foto biksu kontroversial Myanmar, Wirathu, yang telah melontarkan sejumlah pernyataan antimuslim menyusul serangkaian kekerasan sektarian antara warga muslim dan Buddha di negeri itu.
"Itu (tulisan Time) telah menimbulkan kesalahpahaman mengenai agama Buddha yang telah ada ribuan tahun dan merupakan agama mayoritas warga negara kami," demikian pernyataan kantor kepresidenan Myanmar yang diposting di situs resmi kepresidenan.
"Pemerintah saat ini sedang berjuang bersama para pemimpin agama, partai politik, media dan masyarakat untuk membersihkan Myanmar dari konflik-konflik yang tak diinginkan," demikian disampaikan seperti dilansir kantor berita AFP, Senin (24/6/2013).
Petisi online yang dimulai akhir pekan lalu untuk mengecam majalah Time, hingga hari ini telah berhasil mengumpulkan hampir 40 ribu nama pendukung. Dalam petisi itu disebutkan, penggunaan kata-kata "Buddhist" dan "Terror" dalam artikel yang menjadi cover story Times tersebut telah "membuat marah umat Buddha yang damai".
Sementara para pengguna Facebook menuding Time telah memperburuk perpecahan dan menghina agama utama Myanmar. "Menghina biksu Wirathu, seorang putra Buddha adalah sama dengan menghina agama Buddha," demikian bunyi postingan seorang pengguna Facebook bernama Wai Phyo.
"Apa yang dilakukan Wirathu saat ini adalah melindungi agama dan kebangsaan kami," tulis pengguna Facebook lainnya seraya mendesak Time untuk meminta maaf.
"Jelas sekali penulis ini tidak memahami Myanmar dan Buddha dengan baik," demikian bunyi postingan lainnya.
Pada Maret lalu kekerasan sektarian kembali terjadi di Myanmar tengah yang menewaskan sedikitnya 44 orang. Ribuan rumah dibakar dalam insiden tersebut. Menurut sejumlah saksi mata, sejumlah orang yang mengenakan jubah biksu terlibat dalam konflik sektarian antara warga muslim dan Buddha tersebut.
Sumber: Merdeka.com
No comments:
Post a Comment