(Sang Embun Pagi.Blogger) – Epigenetika berasal dari bahasa Yunani, epi- yang berarti “di atas” atau “menutupi”, dan -genetika.
Tidak ada perubahan pada sekuens DNA dasar, melainkan faktor non genetika yang menyebabkan ekspresi gen organisme berubah.
Sejarah epigenetika berhubungan dengan studi evolusi dan perkembangan, tetapi kemudian istilah epigenetika telah mengalami perubahan seiring dengan meningkat pesatnya pengertian tentang mekanisme molekuler yang mendasari pengaturan ekspresi gen pada eukariota.
Hingga tahun 1950-an, istilah epigenetika digunakan secara berbeda yaitu untuk mengelompokkan semua kejadian perkembangan dimulai dari zigot hingga organisme dewasa, dalam hal ini semua proses regulasi, dimulai dari materi genetika yang kemudian membentuk hasil akhir (Waddington, 1953).
Makanan membentuk Anda: Bagaimana Makanan Dapat Mengubah Epigenome Anda
Ketika Anda melihat diri sendiri di cermin Anda mungkin bertanya, “Bagaimana, bisa, bahwa semua sel dalam tubuh saya membawa DNA yang sama? Bagaimana organ saya dapat begitu berbeda dan fungsinya juga berbeda?
Dengan kemajuan terbaru dalam epigenetik, kita mulai dapat memahami. Kita sekarang tahu bahwa sel-sel menggunakan materi genetik mereka dengan cara yang berbeda: gen dapat dinyalakan dan dimatikan, hingga ke tingkat menakjubkan diferensiasi dalam tubuh kita.
Epigenetik menggambarkan proses seluler yang menentukan apakah gen tertentu akan ditranskripsi dan diterjemahkan ke dalam protein yang sesuai. Pesan itu dapat disampaikan melalui modifikasi kimia kecil dan reversibel untuk chromatin.
Misalnya, penambahan gugus asetil (asetilasi) dengan protein DNA perancah (histon) meningkatkan transkripsi. Sebaliknya, penambahan kelompok metil (metilasi) ke beberapa daerah peraturan dari DNA itu sendiri mengurangi transkripsi gen.
Modifikasi ini, bersama-sama dengan mekanisme pengaturan lainnya, sangat penting selama perkembangan, ketika waktu yang tepat dari aktivasi gen sangat penting untuk memastikan diferensiasi selular yang akurat dan terus memiliki efek sampai dewasa.
Modifikasi epigenetik dapat terjadi sebagai respon terhadap rangsangan lingkungan, salah satu yang paling penting adalah: makanan. Mekanisme asupan atau pola dari apa yang dimakan dapat mempengaruhi epigenetik belum sepenuhnya dipahami, tetapi ada beberapa contoh yang jelas dan sangat terkenal.
Contoh-contoh Modifikasi Epigenetika
Beberapa kasus dan contoh dari sekian banyaknya contoh lain tentang modifikasi epigenetik yang dapat terjadi sebagai respon terhadap rangsangan lingkungan, diantaranya adalah:
- Kelaparan musim dingin di Belanda tahun 1945
Selama musim dingin 1944-1945, Belanda menderita kelaparan yang mengerikan yang disebut juga sebagai Dutch famine of 1944 (lihat video), atau dikenal juga sebagai the Hongerwinter atau “Hunger winter“, sebagai akibat dari pendudukan Nazi Jerman saat Perang Dunia-II dan akibatnya asupan gizi penduduk Belanda menjadi turun, menjadi hanya kurang dari 1.000 kalori per hari.
Pada masa itu, Nazi Jerman masuk ke Belanda kemudian memblokir dan menghancurkan akses-akses jalan sebagai sarana transportasi untuk mengantar makanan kepada penduduk Belanda.
Pada saat masuk musim dingin yang bersalju, kondisi ini menjadi lebih buruk. Maka terjadilah kelaparan yang melanda negeri kincir angin itu.
Namun perempuan terus hamil dan melahirkan selama masa-masa sulit tersebut untuk melahirkan generasi berikutnya, dan anak-anak ini sekarang telah dewasa.
Studi terbaru mengungkapkan bahwa generasi pada masa lalu itu, terkena kalori pembatasan sementara di dalam rahim ibu mereka yang memiliki tingkat lebih tinggi dari kondisi kronis seperti diabetes, penyakit jantung dan obesitas dibandingkan saudara mereka.
Bulan-bulan pertama kehamilan tampaknya memiliki pengaruh terbesar pada risiko penyakit.
Bagaimana bisa sesuatu yang terjadi sebelum Anda lahir memengaruhi hidup Anda setelah sekitar 60 tahun kemudian? Jawabannya tampaknya terletak pada adaptasi epigenetik yang dibuat oleh janin dalam menanggapi terbatasnya pasokan nutrisi (lihat video).
Perubahan epigenetik yang tepat masih belum jelas, namun ditemukan bahwa orang-orang yang terkena bencana kelaparan di dalam rahim pada kala itu memiliki tingkat lebih rendah dari metilasi gen terlibat dalam metabolisme insulin (gen insulin-like growth factor II) dari saudara tidak terpapar mereka. (Heijmans BT et al. (2008) Persistent epigenetic differences associated with prenatal exposure to famine in humans. Proceedings of the National Academy of Sciences of the USA 105: 17046-17049. doi:10.1073/pnas.0806560105 ).
Sumber :
Eramuslim.com
No comments:
Post a Comment