Tapi tidak banyak yang mengupas kisah yang satu ini...
Untuk mengetahui kronologis & konsideran lengkapnya, saya tak akan ngupas disini, karena cukup panjang. Baiknya teman-teman disini buka-buka dan baca kembali kisah perang Tabuk. Kebetulan perang tersebut juga terjadi di bulan Sya'ban.
Sebagaimana
kita tau, bahwa perang Tabuk adalah satu-satunya perang dimana
Rasulullah saw mengumumkan dan memobilisir seluruh kaum muslimin dan
potensi-potensinya. Ini karena peperangan tersebut memang sangat berat, berat dari sisi cuaca, berat juga dari sisi logistik. Makanya
rasulillah berulang kali memotivasi sahabat-sahabatnya utk menginfakkan
apa saja yang bisa diinfakkan untuk 'membiayai' perang tabuk ini. Perang
ini juga menjadi FILTER bagi kelompok munafiq dan orang-orang yang
gampang mengajukan alasan/uzur agar diijinkan tidak ikut perang.
Sekali lagi, edisi lengkapnya, bacalah kisah perang tabuk di buku-buku sirah yang ada.
Disini, di perang ini, terdapat satu sahabat yg luar biasa. Dia bukan sahabat utama rasul, bahkan namanya pun jarang disebut di buku-buku sirah. Tapi, ketika kita membaca kisahnya, niscaya bisa menguras air mata kita.
Disaat
sahabat-sahabat nabi dan kaum muslimin lainnya menyiapkan diri untuk
ikut berpartisipasi dan berkontribusi dalam perang tabuk, Maka pada saat
itu tersebutlah Ulbah bin Zaid Al Haritsi, seorang yang sangat faqir,
tidak memiliki apa-apa diatas dunia ini, seorang dari golongan Anshor
dari kabilah Aus, tatkala dia menyaksikan kesibukan kaum muslimin dalam
persiapan jihad ke Tabuk, melihat seluruh kaum muslimin dari berbagai
pelosok negeri tinggal dan menetap di tanah kelahirannya Madinah, datang
berbodong-bondong kemudian memancang kemah, sambil membawa apa yang
mereka miliki dari senjata dan kendaraan, memancang kemahnya menunggu
hari keberangkatan.
Dia
juga melihat transaksi di pasar-pasar Madinah banyak transaksi yang
terjadi dialog berhubungan dengan persiapan perang, dari mulai kuda,
unta, panah, pedang, tameng besi dsb. Dia menyaksikan itu semua dengan
kesedihan yang sangat mendalam. Semua orang telah membeli perlengkapan
perangnya, sedangkan dirinya... apa yang dia mau persiapkan..? kalau
hendak membeli, mau beli pakai apa? Uang satu dirham pun ia tidak punya.
Apalagi pagi itu dia mendengar Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam
mengatakan : man jahhaza jaisyul usroh falahul jannah
من جهز جيش العسرة غفر الله له فله الجنة
“Barang
siapa yg menyiapkan perbekalan pasukan ‘usroh (=pasukan perang, pasukan
yg mengalami kesulitan dalam menyiapkan perbekalan perang---) maka
Allah mengampuninya dan baginya diberi balasan surga”
Maka
semakin terbenamlah serasa dirinya ke dalam bumi, hancur luluh serasa
hatinya, sedih hatinya, semua orang mendapatkan surga kecuali dirinya. Semakin
panas dingin badannya mendengar sabda Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam
demi melihat kefaqiran dirinya, ditambah lagi Nabi shallallohu ‘alaihi
wasallam mensyaratkan siapa yang mau ikut berperang harus membawa alat
dan kendaraan perang sendiri.
Dilihat
juga oleh Ulbah bin Zaid ketika dia duduk di masjid Nabawi, dia melihat
Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam dikelilingi para sahabat, ketika
datang Umar bin Khattab dengan membawa setengah dari harta yg
dimilikinya.
Tak lama setelah itu, datanglah Abu Bakar sambil membawa semua harta yang dia punya.
Ketika ditanya oleh Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam, “ Ya Abu Bakar, apa yang engkau tinggalkan untuk keluargamu?”
Abu Bakar menjawab, “aku tinggalkan untuk mereka Alloh dan Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam-Nya”.
Nabi
shallallohu ‘alaihi wasallam pun bersabda,” Tidak ada harta yang paling
bermanfaat bagiku sebagaimana bermanfaatnya harta Abu Bakar”.
Tak
ketinggalan sahabat Utsman bin Affan membawa seribu dinar dalam
pakaiannya, bahkan kafilah dagangnya yang hendak berangkat ke Syam
sejumlah dua ratus ekor unta lengkap dengan barang-barangnya dia
keluarkan sedekahnya, ditambah lagi dengan seratus ekor unta, lalu
ditambahnya lagi seribu dinar uang kontan. Maka Nabi shallallohu ‘alaihi
wasallam pun bersabda
اللهم ارض عن عثمان فإنى عنه راض
“Ya Alloh, (aku mohon padaMu) ridhoilah Utsman, sesungguhnya aku telah ridho padanya ”
tentang
Utsman ini, ada kisah menarik. Ketika perniagaan Utsman ditawar oleh
pedagang2 (tengkulak) Quraisy dan kabilah arab lainnya.
Tak
lama setelah itu sampailah perniagaannya yang baru datang dari Syam
sejumlah 1000 ekor unta beserta isinya. Tiba-tiba datanglah
tengkulak-tengkulak hendak membeli perniagaan tersebut. Salah seorang
dari mereka berkata:
“Ya Utsman,kami beli 2x lipat..!!”
“Tidak..tidak..!! karena ada yang berani membeli lebih tinggi dari penawaran kalian” jawab Utsman
“Kami beli 3x lipat dari harga yang kamu dapatkan” kata si tengkulak
“Tidak..belum cukup kalau cuma 3x lipat..!!” jawab Utsman
Akhirnya tawar menawar “kami beli 10x lipat Ya Utsman..!!”
Utsman pun berkata, “tuan-tuan sekalian, ada diantara tuan-tuan yang hendak membelinya 700x lipat..??!!”
Apa kata mereka,”gila engkau Utsman..!! siapa pula yang sampai menawar hingga 700x lipat ?!”
Utsman pun menjawab,”akan tetapi Alloh telah menawarnya lebih dari 700x lipat.!!”
Allohu Akbar...!!!…Utsman pun membacakan ayat
مَثَلُ
الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ
حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِئَةُ حَبَّةٍ
“Perumpamaan
(nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di
jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh
bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji.” (QS. Al Baqoroh : 261)
“Saksikanlah
wahai para tengkulak…semua barang perniagaan yang ada ini, seluruhnya
aku infaqkan di jalan Alloh Ta’ala” seru Utsman.
Subhanalloh..Allohu
Akbar..dari generasi mana mereka ini muncul, dari makhluk mana mereka
ini saudaraku..dari planet mana mereka datang..?? apakah mereka
diciptakan dari daging yang penuh dengan nafsu dunia dan ketamakan, yang
penuh dengan kebakhilan dan ketakutan akan miskin karena berinfaq dan
bersedekah..?! bukan saudaraku…tapi mereka adalah para sahabat Nabi
shallallohu ‘alaihi wasallam.
Tidak
lama kemudian datang pula Abdurahman bin Auf sang dermawan, membawa 200
uqiyah perak, datang pula ‘Abbas bin Abdul Mutholib paman Nabi
shallallohu ‘alaihi wasallam, Tholhah bin ‘Ubaidillah, Sa’ad bin Ubadah,
Muhammad bin Maslamah, yang mereka semua berinfaq di depan mata Ulbah
bin Zaid. Dia juga melihat kedatangan orang-orang yang kurang berada
membawa infaq semampunya, dimulai oleh ‘Ashim bin Adiy mebawa 70 wasaq
kurma, ada yang membawa dua mud bahkan satu mud kurma, tidak satu pun
kaum muslimin yang tidak memberi kecuali kaum munafiqin. Alloh pun
menyindir mereka
الَّذِينَ
يَلْمِزُونَ الْمُطَّوِّعِينَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ فِي الصَّدَقَاتِ
وَالَّذِينَ لَا يَجِدُونَ إِلَّا جُهْدَهُمْ فَيَسْخَرُونَ مِنْهُمْ
سَخِرَ اللَّهُ مِنْهُمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
“(Orang-orang
munafik itu) yaitu orang-orang yang mencela orang-orang mukmin yang
memberi sedekah dengan sukarela dan (mencela) orang-orang yang tidak
memperoleh (untuk disedekahkan) selain sekedar kesanggupannya, maka
orang-orang munafik itu menghina mereka. Allah akan membalas penghinaan
mereka itu, dan untuk mereka azab yang pedih. ” (QS. At Taubah 79)
BAGAIMANA PERASAAN ULBAH BIN ZAID ?
Apa
yang dirasakan oleh Ulbah selain kesedihan yang sangat. Apa yang bisa
diperbuat sementara ia tidak punya apa-apa, sementara orang berbondong
berinfaq. Melihat hal itu pulanglah Ulbah membawa semua kesedihannya. Di
zaman sekarang ribuan jutaan orang membawa kesedihan dunia, Ulbah
pulang membawa kesedihan karena teringat akhirat. Adakah di zaman
sekarang ini sosok seperti Ulbah..?? Memikirkan kemana nanti hendak dia
di tempatkan di akhirat, apakah di surga ataukah neraka, kalau ternyata
di surga di tempat yang mana, di tingkatan ke berapa dan bersama-sama
siapa ??
Ketika
senja telah beralu dan malam pun tiba, Ulbah berusaha memejamkan
matanya, tapi bagaimana mau dipejamkan matanya sementara hati masih
berdebar-debar, pikiran masih galau, apa yang bisa dilakukannya selain
membolak-balikkan badannya di atas tikar yang lusuh hingga tengah malam.
Akhirnya
dia bangkit, timbul sebuah ide, sebuah pemikiran dalam dirinya, yang
kiranya apabila dia melaksanakan idenya ini mudah-mudahan dapat
mengurangi kegundahan hatinya. Lantas Ulbah berwudhu dan melaksanakan
sholat malam, apalagi yang bisa dilakukan oleh orang yang sengsara dan
bersedih hati selain bermunajat kepada Alloh Yang Maha Pemurah..?? bagi
orang yang mendapatkan kesusahan kecuali dia mengadukan kepada Sang
Khaliq…(do’a Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam Ya’qub, sebagaimana surat
Yusuf : 86)
إِنَّمَا أَشْكُو بَثِّي وَحُزْنِي إِلَى اللَّهِ
"Hanya kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku..."
Di
dalam sholatnya dia pun menangis, adakah anda pernah melihat seorang
yang gundah mengadukan semua keluhan dan kegundahannya dengan menangis
kepada Rabb Yang Memiliki isi langit dan bumi..? dia sebutkan
kefaqirannya, dia sebutkan kelemahannya, dia sebutkan
ketidakberdayaannya, dia minta kepada Alloh jangan sampai kefaqirannya
dan ketidakmampuannya berinfaq pada persiapan perang Tabuk ini menggeser
kedudukannya dibanding sahabat-sahabatnya kelak di surga " jikalau aku
Engkau buat susah di dunia, janganlah pula Engkau jauhkan aku dari
surgamu".
Diantara doanya adalah:
“Ya
Alloh, Engkau perintahkan kami untuk berjihad, Engkau perintahkan kami
untuk berangkat ke Tabuk, sedangkan Engkau tidak memberikan aku sesuatu
apapun untuk bekal berangkat berperang bersama Nabi shallallohu ‘alaihi
wasallam-Mu...
maka malam ini saksikanlah ya Alloh...
sesungguhnya
aku telah bersedekah kepada setiap muslim dari perlakuan zhalim mereka
terhadap diriku, maka inilah kehormatanku aku infaqkan di jalan-Mu,
jika ada seorang muslim menghinakan dan merendahkan diriku,
maka aku infaqkan itu semua di jalanMu
Ya
Alloh..tidak ada yang dapat aku infaqkan sebagaimana orang lain telah
berinfaq, kalau sekiranya aku punya sebagaimana mereka punya akan aku
infaqkan untukMu,
maka
yang aku punya hanya kehormatan sebagai seorang muslim, kalau Engkau
bisa menerimanya, maka saksikanlah kehormatan ini aku sedekahkan untukMu
malam ini…”
Alangkah
jernihnya doa tersebut…keluar dari hati seseorang yang tidak punya
apapun di dunia ini melainkan kehormatan, alangkah teduhnya ucapan di
malam hari yang gelap, terangkat doanya ke langit ke tujuh, menggetarkan
Arsy Alloh Ta’ala, semua sedekah tidak sehebat sedekahnya.
Esok
shubuh Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam memimpin sholat berjama’ah,
hadir pula Ulbah bin Zaid. Telah ia lupakan air mata yang tumpah
bercucuran di tikar lusuhnya tadi malam, ia lupakan karena telah dibasuh
oleh air wudhu yang baru. Akan tetapi Aloh tidak pernah lupa, Alloh
tidak pernah menyia-nyiakan doa hamba-Nya. Kejadian di tempat yang sepi
tersebut dikabarkan oleh Alloh kepada Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam
melalui Malaikat Jibril. Selesai sholat Nabi shallallohu ‘alaihi
wasallam pun berdiri kemudian Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam bertanya
من يتصدق بصدقة مقبولة في هذه الليلة ؟
"siapakah (diantara kalian) yg bersedekah tadi malam dan sedekahnya diterima oleh Allah"?
Ternyata
tidak ada yang berdiri, karena merasa tidak bersedekah tadi malam, atau
merasa yakin betul sedekahnya diterima oleh Alloh Ta’ala.
Ulbah bin Zaid pun tidak merasa bahwa dirinya telah bersedekah.
kan
tetapi Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam mendekati Ulbah dan berkata,
“sungguh ya Ulbah, sedekahmu malam tadi telah diterima oleh Allah Ta’ala
sebagai sedekah yang maqbul..!!”
Bagaikan
aliran listrik yang langsung mengalir ke jantung Ulbah bin Zaid,
laksana halilintar dahsyat menghantam dirinya, karena dia sama sekali
tidak mengira, cahaya kebahagiaan langsung memancar dari dirinya.
“Benarkah
ya Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam..benarkah sedekahku yang tadi
malam yang tidak ada apa-apanya itu diterima Alloh...??” tanyanya
penasaran seolah-olah tidak percaya.
Maka
Nabi pun menyerahkan 6 ekor unta kepada Ulbah bin Ziad dan tujuh orang
temannya untuk berangkat ke medan jihad, peperangan Tabuk…peperangan
yang atas izin Alloh dimenangkan oleh kaum muslimin, ditandai dengan
menyerahnya negara-negara boneka Romawi, dan semakin berkurangnya daerah
kekuasaan kerajaan Romawi.
Allahu akbar walillahil-hamd...
Wallahu a'lam
Sumber:
http://sangembun.blogspot.com/2012/05/doa-yang-menguras-air-mata.html
No comments:
Post a Comment