**

Friday, June 28, 2013

Keajaiban Di Medan Perang Gaza

Al-Kisah yang telah diceritakan oleh al-fadhil Ustaz Abdullah Zaik Abdul Rahma, Pengerusi Ekskutif Aman Palestin dan juga merangkap Presiden Ikatan Muslimin Malaysia yang telah pergi ke Gaza pada 20-31 Januari yang lalu.Berikut adalah beberapa kisah benar dan pengalaman beliau di Gaza:

Peristiwa 1

Seorang Ketua Mujahid Gaza berkata pada Ustaz Zaik bahawa, ketika satu pertempuran, komander mujahidin menyuruh pejuang tidak menembak kereta kebal Yahudi yang memasuki kawasan mereka. Dengan berbekalkan baki 6 RPG, tiba-tiba senjata ini menembak ke arah kereta kebal tersebut dan memusnahkannya. Komander itu menjerit agar tidak menembak dan para pejuang berkata mereka tidak melakukannya. Mereka berkata tiba-tiba senjata mereka berfungsi dan menembak sasaran. Setelah habis adegan aneh itu, para pejuang mendapati baki 6 RPG itu masih tidak digunakan! Dan siapakah
yang menembak tentera laknatullah itu??? Allahu Akhbar!

Peristiwa 2

Temuramah bersama tentera Yahudi laknatullah oleh TV Israel yang cedera mengatakan bahawa mereka melihat pejuang Gaza kesemuanya berpakaian putih sedangakan uniform pejuang Hamas bewarna hijau! Siapakah yang berbaju putih itu???

Peristiwa 3

Tentera Yahudi yang buta setelah serangan berkata mereka tiba-tiba dibaling pasir ke mata mereka dan tidak tahu siapakah yang melakukannya.

Peristiwa 4

Peluru berpandu yang pertama di lancarkan oleh Israel ke Gaza mengenai sasarannya iaitu anggota tentera mereka sendiri! Ia berpatah balik!
Allahu Akhbar!

Peristiwa 5

Pada permulaan perang, roket-roket Hamas yang hendak dilancarkan, tiba-tiba salah satu roket itu meluncur laju ke udara tanpa ada sesiapa yang mengaktifkan ia. Dan roket itu mengenai sasaran di Israel !

Peristiwa 6

Yang paling menakjubkan, seorang ulama Syria telah bermimpi bertemu dengan Rasulullah SAW dan kelihatan baginda sedang mengeluarkan pedang dari sarungnya. Ulama itu berkata, "Wahai Rasulullah, ke mana kamu mahu pergi?", lalu baginda menjawab, "Aku mahu berperang di Gaza!". MasyaAllah, Rasulullah sendiri mahu berperang di Gaza , di manakah kita?

MAXIS. This is why everybody loves being a Uni/College student

Itulah serba sedikit dari kisah takjub yang sempat diceritakan oleh al-fadhil Ustaz Abdullah Zaik setelah berada lebih seminggu di Gaza atas misi kemanusiaan. Ia kisah benar yang perlu umat Islam ketahui.
Allahu Akbar.
#ALLAH BERSAMA KITA...DOA JGN PERNAH BERHENTI. SAYA BUKAN ORG MALAYSIA, SAYA BUKAN ORG SYRIA, SAYA BUKAN ORG PALESTIN, TAPI SAYA ORG ISLAM..ADA SAUDARAKU DI SANA PERLUKAN KITA.TOLONG MEREKA...WALAUPUN HANYA DENGAN DOA
sumber : macjay.blogspot.com / Al-Binory.com


"Terima Kasih Atas Kunjungan Anda"
***

Ada Akun Jin Di Twitter Yang Menggemparkan?

Percaya atau tidak. Namun itulah yang dilaporkan oleh media di Arab Saudi di mana terdapat satu akun laman sosial Twitter yg menyatakan  dirinya sebagai jin. Pengakuan itu mendapat perhatian para netter dari seluruh dunia. Dalam akun itu  jin tersebut jg  menampilkan  gambar dimana dia  tinggal  pada masa  100 tahun lalu. Dalam penampilan  akun twitter itu menyebutkan bahwa semata-mata a ingin bergaul dengan bangsa manusia.. Memang sulit  untuk bisa dipercaya secara akal sehat,  Namun  di dunia ini yg mustahil pun bisa saja terjadi. Bukankah mereka juga menguasai tekhnologi?  Waullahu alam bil showab…

Inilah Akun Twitter Jin tsb : https://twitter.com/s_2O17_s


Akhbar metro mengulas berita yang cukup menggemparkan yg terjadi dunia maya  dan jg menghebohkan dunia nyata khususnya   di Arab Saudi kalau  jin pun punya  akun twitter. Akhbar di Arab Saudi itu melaporkan jin itu mengaku dirinya jin tulen dan mau bersahabat dengan manusia sekaligus menampilkan gambar  tempat tinggalnya  yg berusia 100 th.

Sang pemilik akun twitter itu juga bercerita  tentang keluarga dan daerah tempat tinggalnya di Yaman, di akaunnya juga  ditulis dia suka perdamaian  dan tidak mau mengganggu siapapun.











sumber: Kisah Best / Al Binory.com



 
"Terima Kasih Atas Kunjungan Anda"
***

Thursday, June 27, 2013

Kisah Nyata Akibat Meng Upload Photo Yang Membuka Aurat di Facebook (bahan renungan)

Kisah ini mengenai seorang hamba Allah. Dia merupakan seorang wanita yang aktif berfacebook. Dalam facebook nya mempunyai banyak koleksi foto yang tidak menutup aurat. Selepas dia meninggal dunia, ibunya sentiasa bermimpi dia merayu kepada ibunya supaya menghapus foto-fotonya yang tidak menutup auratnya di Facebook. Malangnya tiada
siapa yang mengetahui password Facebooknya. Jadi, kemungkinan besar, rohnya tidak tenang dengan dosa auratnya yang dibiarkan begitu saja menjadi tatapan umum…. dan ingatlah, azab untuk kita yg sengaja membiarkan aurat kita dilihat oleh lelaki bukan mahram adalah dosa yang besar dan dapat membawa ke dalam Api Neraka Allah SWT.
Cerita ini menjadi ikhtibar dan pelajaran buat kita, supaya tidak mengupload gambar kita yang tidak menutup aurat dengan sempurna, kita tak tahu bila kita akan Mati…Jadi, tolonglah kalau anda Sayangkan diri anda, Hapuslah gambar yang tidak sepatutnya. Sebarkan suara Islam yang benar, Inilah penjajahan yang dibawa oleh Globalisasi Dajjalism. Sehingga Yang WAJIB ini kita main-mainkan dan Dosa ini kita lakukan tanpa RASA APA-APA. Ingatlah aurat laki-laki yang harus dijaga diantara lutut dan pusar sedangkan madzhab syafii ada keringanan bagi wanita yg bekerja untuk membuka wajah dan kedua telapak tangannya.
Sadarlah ,WALAU IKHLAS ATAU TIDAK YANG NAMANYA MENUTUP AURAT WAJIB DILAKUKAN,Jika Ikhlas maka Berpahala tetapi jika tidak Ikhlas maka sekurang-kurangnya TERHINDAR DARI DOSA. Jangan dijadikan Ikhlas sebagai Alasan untuk menghalalkan yang Haram. Ingat ini Saham dosa kita yg ditatap oleh ribuan orang bahkan lebih dari jutaan saat yang dengan mudahnya melihat foto kita. Apabila telah sampai masanya – baru lah Penyesalan Sudah Tidak Berguna. Akhir kalam, semoga roh dia dicucuri rahmat Ilahi.

®aL rast
Terlepas benar atau salah cerita di atas, menutup aurat memang menjadi kewajiban (wallahu a'lam ).
Sumber: e-Magazine
"Terima Kasih Atas Kunjungan Anda"
***

Gara-gara Berjilbab, Pelajar Rusia Pemenang Olimpiade Ini Diusir dari Sekolah

Rafiat kini tak bisa lagi meneruskan pendidikannya di Kara-Tyube, Rusia Selatan. Pasalnya, sekolah tersebut telah men-drop out remaja 15 tahun ini lantaran ia teguh memakai jilbab. 

 Pilihan sulit dihadapi Rafiat, apakah ia mau melepas jilbabnya agar bisa tetap bersekolah di situ, atau tetap berjilbab dengan konsekuensi “diusir” dari sekolah. Rafiat menerima putusan di-drop out asal tetap bisa berjilbab, meski dengan menangis meninggalkan sekolah.



Rafiat sebenarya bukan murid biasa. Ia adalah pemenang olimpiade lokal. Namun, ia kini terusir ketika jilbab tidak boleh lagi dipakai di bumi belahan selatan Rusia itu.




Sedangkan sang ayah, Ali Salikhov akan mengantarkan Rafiat pindah ke Dagestan. Di negara bagian paling selatan Rusia itu, Raifat akan tenang menggunakan jilbab. Hanya saja ia harus rela menurunkan sedikit derajat pendidikannya.

Sang ibu, Maryam Salikhova mengatakan tidak sekalipun anak gadisnya itu menanggalkan jilbab. Teman-teman sekelas Rafiat juga menjadi saksi keteguhan Rafiat berjilbab. "Ia sudah mulai dewasa. Tapi tidak mau melepaskannya (jilbab). Sekalipun di dapur," kata Maryam, kepada the New York Times, Selasa (19/3).


Keluarga Salikov tinggal di kawasan bersalju di Stavropol, bagian selatan Moskow. Mereka tinggal di lahan miskin di Desa Kara-Tyube. New York Times menggambarkan jalanan di tempat itu berantakan, kotoran domba yang berceceran. Saluran air tidak berjalan normal, tapi air tergenang di mana-mana.


Di daerah yang tidak terlalu mendapat perhatian pembangunan itu, pemerintah menjadikannya contoh untuk pengusiran kelompok Muslim. Keluarga Salikov satu di antara korban, dan Raifat bersama adik-adiknya, menjadi korban pertama di wilayah berpopulasi 2,7 juta jiwa tersebut.


Seperti dikutip dari Republika, kejadian ini berawal pada September 2012 saat kepala sekolah tempat Rafiat menimba ilmu tidak mengakui anak didik yang mengenakan jilbab. Rafiat diberi waktu satu bulan membuka penutup auratnya itu.


Setelah sebulan berlalu, remaja teladan itu tak menghiraukan perintah kepala sekolahnya. Pada Oktober 2012, Rafiat di drop out. Adik sepupunya, Amina (10 tahun) dan adiknya Aisyah (5) juga mendapat perlakuan sama,


Kepala sekolah menjadi pahlawan bagi kelompok ortodoks. Kabar itu mematik kemarahan umat Muslim. Ketegangan sempat meningkat, dan Moskow mendengar kemarahan itu.


Perdana Menteri Vladimir Putin memberikan otonom kepada pemerintah lokal dan menyerahkan persoalan tersebut kepada pemerintahan setempat. Dengan populasi hanya 10 persen, umat Muslim terpinggirkan. [IK/Rpb]

Sumber: e-magazine
"Terima Kasih Atas Kunjungan Anda"
***

Bahaya Membunuh KECOA


Bila anda melihat binatang kecoak di rumah, jangan anda memukulnya sampai mati bahkan sampai (maaf) isi perut kecoak meletet keluar.

Karena didalam perut kecoa terdapat cacing halus/lembut yg tetap hidup meskipun diluar dari tubuh kecoak. Bila cacing ini sudah berada di luar dari tubuh kecoak (perut) dia akan bergerak untuk mencari tempat/indukan baru. 
Cacing ini bentuknya sangat pendek, halus dan lembut akan terlihat kasat mata bila jarak pandang sekitar 10-20cm. Untuk melihat cacing ini, anda dapat menaruh isi perut kecoak diatas kertas hitam atau diatas cermin... disitu akan terlihat pergerakannya.
Sangat berbahaya apabila cacing ini sampai menyentuh kulit tubuh kita (terutama kaki) karena dapat masuk melalui pori-pori kulit atau bila ada luka terbuka pada kulit luar.
Akan jauh lebih baik membasmi kecoak cukup dengan menggunakan semprotan anti serangga, yg dapat membunuh kecoak tanpa harus memukul hingga mengeluarkan isi perutnya. semoga info ini dapat bermanfaat bagi kita semua...
Sumber: e-Magazine

"Terima Kasih Atas Kunjungan Anda"
***

Film-Film Hanung Yang Melecehkan Islam

“Belum pernah selama saya ini menonton film, berapa puluh tahun lamanya, berapa ratus judul banyaknya, kalau dihitung-hitung sejak masa kanak-kanak dulu, belum pernah saya merasa dihina dan dilecehkan seperti sesudah menonton film Hanung ini. Hanung, kau keterlaluan”
Itulah curahan hati Sastrawan Taufik Ismail ketika menanggapi Film Perempuan Berkalung Sorban karya Hanung Bramantyo. Film itu mengisahkan sistem pesantren yang dirasa mengekang perempuan. Tampilan Kyai pun dibuat Hanung begitu menyeramkan, seakan kisah teladan dakwah para Ulama di Indonesia berguguran. Wajar seorang Budayawan berkelas seperti Taufik Ismail begitu kaget. Budaya, yang menjadi bidangnya, kini jadi wasilah untuk menyudutkan umat Islam.

Sikap Taufik Ismail ini didukung oleh sineas senior lainnya, Misbach Yusa Biran. Misbach menyebut film garapan Hanung Bramantyo tersebut sebagai propaganda buruk terhadap pesantren.”Saya tidak bisa menahan diri,” tulis Misbach. ”Inti cerita Perempuan Berkalung Sorban ini menurut saya sangat merugikan Islam dan merupakan propaganda buruk tentang pesantren.”
Misbach menuliskan dalam film ini pesantren digambarkan sebagai tempat pendidikan yang sumpek dengan pemikirannya sangat terbelakang. ”Dewasa ini pesantren kecil di pedesaan terpencilpun rasanya sudah tidak ada yang begitu buruk pemahamannya,” katanya.
Bahkan di film ini, kata Misbach, kiai lulusan Mesir begitu digambarkan seperti seorang yang dungu karena tidak membenarkan orang membaca selain Al Qur’an. ”Sehingga seolah-olah perguruan tinggi Islam di Mesir juga digambarkan sangat terbelakang.”
Film ?
Masih belum lepas dari ingatan ketika tahun 2011 Hanung membuat film yang tidak kalah heboh. Judulnya cukup singkat: ?. Namun di dalamnya banyak pecelehan yang tidak bisa diselesaikan secara singkat.
Ada tayangan seorang muslim memerankan Yesus di Gereja. Muslimah yang disudutkan mau bekerja di tempat yang menjual makanan haram. Bahkan puncaknya Hanung menganggap sepele perkara pemurtadan. “Aku pindah agama bukan berarti aku mengkhianati Tuhan,” ungkap Rika, tokoh utama dalam Film ?.
Maka itu, mungkin saja Hanung menganggap sepele untuk urusan akidah. Bahkan secara tega, suami Zaskia Mecca ini memainkan pemeran murtad untuk tokoh sekaliber KH. Ahmad Dahlan yang kuat melawan Kristenisasi di Film Sang Pencerah.
Di awal-awal film itu, penonton sudah disengat dengan hal yang sensitif, seperti  adegan penusukan terhadap seorang pendeta bernama Albertus. Tidak jelas apa motif penusukan yang dilakukan oleh seseorang yang berpenampilan preman tersebut. Meski tidak menunjuk hidung secara langsung, namun ada kesan Hanung hendak menggiring sterotype buruk, seolah yang suka melakukan tindakan anakis datang dari kelompok agama tertentu.
Adegan selanjutnya, tanpa alasan yang jelas pula, sekelompok pemuda Islam bersarung dan berpeci tiba-tiba mencerca seorang keturunan Cina dengan panggilan ”Cino” (menyebut Cina dengan logat Jawa). Dalam film ini, Hanung banyak menggunakan simbolik-simbolik sensasi yang didramatisir, yang berpangkal dari sebuah kemarahan terpendam.
Dangan dalih toleransi, Hanung juga menciptakan adegan seorang Muslimah berkerudung yang merasa nyaman bekerja di sebuah rumah makan (restoran) yang menyajikan daging babi yang diharamkan oleh Islam. Toleransi ala Hanung ingin mengesankan, bahwa muslimah yang diperankan oleh Revalina  S Temat adalah muslimah yang ideal, yang bisa menghargai sebuah perbedaan. Meski tidak sampai memakannya, tidak terlihat kegalauan hati dari seorang Muslimah, seolah daging babi bukan sesuatu yang diharamkan.
Di sela adegan itu, ada seorang Muslimah yang menolak bekerja di sebuah restoran yang sama, dengan alasan prinsip agama yang dipegang. Namun, cara pandang Hanung yang keliru, ingin menunjukkan bahwa Muslimah yang menolak bekerja di restoran Cina karena menyajikan daging babi itu sabagai muslimah yang tidak toleran.
Kepribadian Hanung sendiri dinilai bermasalah. Pada saat proses pembuatan film Ayat-Ayat Cinta  yang berlangsung saat bulan Ramadhan ia mengaku tidak menjalankan kewajiban puasa dan shalat. Tanpa rasa sungkan, Hanung berkata jujur saat diwawancarai Radio KBR 68 H, Rabu 27 Oktober 2010.
“Saya tidak melakukan salat apa pun. Saya tidak salat. Itu pada saat bulan Ramadhan. Saya juga tidak puasa dan tidak berdoa. Saya mencoba untuk berkesenian total dan saya percaya dengan kemampuan otak saya,”  katanya.
Menanggapi film ?, Ketua MUI KH. Kholil Ridwan menyatakan, “Setelah menyaksikan langsung film yang disutradarai Hanung secara utuh, saya mendapatkan kesan, aroma pluraslisme agama yang sangat menyengat dalam film ini,” katanya.
Menurutnya, pluralisme yang dibolehkan dalam Islam adalah pluralisme sosiologis. Itulah yang dikenal dengan pluralitas. Misalnya saja umat Islam sudah semestinya hidup berdampingan dengan orang Kristen dan umat agama lain, tanpa harus mengorbankan keyakinannya.
“Jadi yang namanya kerukunan dan toleransi itu tidak boleh mengorbankan keyakinanya,” tukas Kiai Kholil mengingatkan.
Cinta Tapi Beda
 
Di akhir tahun 2012, ‘Film Cinta Tapi Beda’ mengawali petualangan Hanung dalam dunia perfilman. Film ini mengisahkan dua muda-mudi yang berbeda keyakinan. Untuk film ini, Hanung juga menggandeng sutradara Hestu Saputra dan musisi Eross Candra, yang juga pelaku cinta beda agama.
Film itu mengisahkan Cahyo (Reza Nangin), cowok ganteng asal Jogja, bekerja sebagai chef di Jakarta. Ia anak pasangan Fadholi dan Munawaroh, keluarga muslim yang taat beribadah. Cahyo berusaha lepas dari kesedihan setelah ditinggal selingkuh sang kekasih, Mitha.
Sedangkan Diana (Agni Pratistha) merupakan gadis asal Padang, Sumatera Barat, mahasiswi jurusan Seni Tari. Ia tinggal bersama om dan tantenya di Jakarta. keluarga Diana merupakan penganut Katolik taat.
Cahyo dan Diana bertemu di pertunjukan tari kontemporer di Jakarta. Mereka memutuskan berpacaran walaupun berbeda keyakinan. Mereka bahkan serius melanjutkan hubungan hingga jenjang pernikahan.
Diana was-was ketika Cah­yo mengajaknya menemui orangtuanya. Ibu Cahyo bisa me­mahami cinta anaknya, tapi tidak Pak Fadholi. Sampai kapan pun Pak Fadholi tidak akan merestui Cahyo. Bila Cah­yo memaksa, Pak Fadholi me­milih memutus ikatan tali ke­luarga. Ternyata tidak mu­dah bagi Cahyo dan Diana men­ja­lani cinta beda keyakinan.
Ibu Diana juga keberatan dengan pilihan putrinya. Ka­kak-kakak Diana, termasuk om dan tantenya, telah me­ning­galkan keyakinan me­reka. Ibu Diana memaksa Diana me­ngi­kuti kehendaknya. Itu se­bab­nya, Diana akhirnya me­mi­lih kembali ke Padang dan me­nerima perjodohan dengan do­kter Oka, lelaki pilihan ibu­nya dan seiman. Ia coba tutup ha­tinya untuk Cahyo.
Film ini tentu menggiring pembaca untuk membenarkan pernikahan beda agama. Padahal ini adalah perkara sensitif dalam Islam karena sudah menyangkut akidah.
Hanung pun kemudian juga harus menghadapi protes dari umat Islam Minangkabau. Keluarga Mahasiswa Minang Jaya (KMM Jaya) mendesak Hanung Bramantyo meminta maaf kepada masyarakat Minangkabau sekaligus menghentikan penayangan film tersebut di bisokop-bioskop.
“Kami pengurus pengurus pusat Keluarga Mahasiswa Minangkabau Jaya (KMM JAYA) sangat terusik (terhina) dengan film ini,” kata pengurus pusat KMM Jaya Muhammad Rozi.
Ke­tua Umum Lembaga Kera­patan Adat Alam Minang­ka­bau (LKAAM) Kota Pa­ya­kum­buh Indra Zahur Da­tuak Rajo Simarajo dan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Paya­k­umbuh Haji Mismardi, juga terang-terangan, meminta film ”Cinta Tapi Beda”, dari peredaran. ”Jangan sampai ada yang bere­dar atau diputar lagi, apalagi di Payakumbuh,” kata mereka.
Menurut Indra Zahur dan Mismardi, film Cinta Tapi Beda, sangat tidak sesuai de­ngan ajaran adat Minang. ”Se­jak leluhur kita menga­jarkan ni­lai-nilai kehidupan, ber­aga­ma, berkorong berkampung, nilai-nilai Islam tetap melekat da­lam ajaran adat Minang.  Artinya, orang Minang itu ada­lah kaum muslim dan mus­limah, pemeluk Islam.
”Kalau ia tak beragama Islam, itu bukan orang Minang. Ka­mi takut, film ini akan merusak sendi-sendi adat dan bu­daya masyarakat Minang da­lam berkehidupan sehari-ha­ri yang sangat menjaga hu­bu­ngan antar sesama. Kami men­curigai, ada keinginan terse­lu­bung dari orang-orang yang ikut mendukung film tersebut ditayangkan. Misalnya, ingin  menghancurkan adat dan bu­daya masyarakat Minang,” kata Indra Zahur dan Buya Mis­mardi. (Pz/Islampos)

Sumber: e-Magazine

"Terima Kasih Atas Kunjungan Anda"
***

TPM: Eksekusi Murtadin Jepara Bukan Pembunuhan Biasa, Ada Unsur SARA

JEPARA (voa-islam.com) – Tim Pengacara Muslim (TPM) menegaskan bahwa eksekusi Trio Mujahid Jepara terhadap murtadin penginjil Omega Suparno adalah bukan pembunuhan biasa. Unsur SARA dalam kasus ini sangat kental, dimulai dari pelecehan agama secara provokatif yang dilakukan korban terhadap Allah SWT, Nabi Muhammad SAW, Al-Qur'an dan syariat Islam. Karenanya, tidak tepat jika Trio Mujahid Jepara dijerat dengan pasal Pembunuhan Berencana.
Hal itu disampaikan H Achmad Michdan, Koordinator TPM yang menjadi Kuasa Hukum Trio Mujahid.
Kepada voa-islam.com, Michdan memaparkan kronologis yang melatarbelakangi insiden eksekusi itu. Bahwa ketika Amir Mahmud mendengar ada informasi ada orang murtad, maka ia melakukan konfirmasi dan dialog. Tapi ketika bertemu murtadin yang dimaksud, Suparno malah menjelek-jelekkan agama yang diyakini oleh para terdakwa.
“Suparno menyatakan Allah yang disembah umat Islam itu tidak ada, karena baru diadakan oleh bangsa Arab. Lalu Al-Qur'an disebut sebagai kitab kebohongan, kalau ada di depannya akan diinjak-injak, dan lain sebagainya,” paparnya kepada voa-islam.com usai sidang kedua di PN Jepara, Kamis (20/6/2013). “Ini adalah hal provokatif yang dilakukan oleh Suparno. Ini menimbulkan kebencian dan SARA yang mendorong para tersangka melakukan pembunuhan,” tandasnya.
Karena kental dengan unsur SARA yang dilakukan oleh korban, maka sangat keliru jika Trio Mujahid Jepara dijerat dengan pasal Pembunuhan Berencana.
“Jadi saya pikir tidak benar jika mereka didakwa dengan pasal pembunuhan berencana. Ini bukan pembunuhan biasa, karena amat nyata dimulai dari provokasi kebencian terhadap agama lain oleh korban dengan menyudutkan dan menjelekkan agama lain,” tegasnya.
...Ini betul-betul kasus penghinaan dan pelecehan, dan dalam agama yang dianut para terdakwa itu membenarkan tindakan yang dilakukan seperti itu. Dalam dalam keyakinan agama tersangka, ini adalah ibadah dia...
Untuk menciptakan kerukunan umat beragama, Michdan mengimbau kepada para tokoh agama di Jepara agar mewaspadai pihak-pihak yang sering mendiskreditkan agama lain. Mereka harus berperan aktif melakukan pembinaan, agar tidak terjadi lagi kasus penodaan agama yang berpotensi konflik horisontal.   
“Ini adalah kasus yang harus diwaspadai oleh para tokoh di sini (Jepara, red.). Mereka harus memerikan pencerahan terhadap umat agar tidak saling menghina dan mendiskreditkan agama lain. Sebab keyakinan agama itu diajarkan sedemikian rupa, dan pelecehan agama itu memiliki konsekuensi secara hukum. Ini harus diwaspadai supaya tidak melebar dan terjadi di daerah-daerah lain,” imbaunya.
Michdan menilai, dampak dari penodaan agama yang dilakukan oleh penginjil Suparno adalah tindakan eksekusi oleh Trio Mujahid Jepara yang melakukannya atas dasar ibadah. “Ini betul-betul kasus penghinaan dan pelecehan, dan dalam agama yang dianut para terdakwa itu membenarkan tindakan yang dilakukan seperti itu. Dalam dalam keyakinan agama tersangka, ini adalah ibadah dia,” terangnya.
 
Kepada pihak-pihak yang kerap menyalahgunakan hak asasi untuk menyebarkan misi agamanya dengan menjelek-jelekkan dan memurtadkan pemeluk agama lain, Michdan memperingatkan bahwa tindakan itu berpotensi menimbulkan reaksi keras dari agama lain yang dilecehkan.

“Jangan arogan dengan alasan hak asasi tapi subtansinya adalah penghinaan agama. Ini tidak benar. Kebebasan beragama jangan disalahartikan bebas mencaci maki agama lain maupun memurtadkan pemeluk agama lain,” pungkasnya.
Sebagaimana diberitakan voa-islam.com sebelumnya, Trio Mujahid Jepara: Ustadz Amir Mahmud, Sony Sudarsono, dan Agus Suprapto diancam hukuman mati karena berjihad mengeksekusi murtadin Omega Suparno. Calon pendeta ini dieksekusi karena terbukti menghujat Islam dengan mengajarkan bahwa Allah itu sebenarnya tidak ada, baru diadakan sejak adanya bangsa Arab; Al-Qur'an itu salah semua dan layak untuk injak-injak; Nabi Muhammad itu tidak boleh dikultuskan karena kenabiannya setara dengan gelar kiyai di Jawa; dan sebagainya.
Akibat jihadnya, mereka menjadi pesakitan di PN Jepara, terancam hukuman mati, dengan jeratan pasal berlapis, antara lain: pasal 340 KUHP jo pasal 55 ayat 1 (1); pasal 338 KUHP jo pasal 55 ayat 1 (1), pasal 353 ayat 3 KUHP jo pasal 55 ayat 1 (1); pasal 351 KUHP jo pasal 55 ayat 1 (1). [a ahmad jundullah]
Sumber: VOA-Islam

"Terima Kasih Atas Kunjungan Anda"
***

Munarman: Eksekusi Murtadin Jepara Harus Jadi Peringatan Para Pendeta

SOLO (voa-islam.com) – Terkait kasus eksekusi mati murtadin penginjil Omega Suparno asal kota ukir Jepara oleh Trio Mujahid Jepara yakni Ustadz Amir Mahmud, Sony Sudarsono, dan Agus Suprapto, yang telah melecehkan Islam, Munarman SH menyatakan setuju dan hal itu satu hal yang pantas untuk dilakukan.
Karena dalam kasus tersebut, negara tidak berperan aktif untuk mencegah orang-orang yang telah jelas menghina dan menghujat agama lain, dalam hal ini agama Islam. Menurut direktur An Nashr Institut ini, apa yang dilakukan Trio Mujahid Jepara merupakan ekspresi spontanitas untuk membela Islam.
Pasalnya, jika melihat kronologi yang terjadi sebelumnya, eksekusi mati Trio Mujahid Jepara terhadap calon pendeta murtadin itu ada rentetan peristiwa yang mengiringinya. Yakni, sang murtadin tersebut telah terbukti dalam pandangan Islam melecehkan dan menghina simbol agama Islam.
...Yaa, bagus itu. Karena disitu negara tidak berperan dan orang-orang yang seperti itu biar kapok (untuk tidak menghina Islam lagi -red)...
Bentuk pelecehan dan penghinaan terhadap Islam yang diajarkan oleh murtadin penginjil itu antara lain bahwa Allah itu sebenarnya tidak ada dan baru diadakan sejak adanya bangsa Arab; Al-Qur'an itu salah semua dan layak untuk injak-injak; Nabi Muhammad itu tidak boleh dikultuskan karena kenabiannya setara dengan gelar kiyai di Jawa; dan sebagainya.
“Yaa, bagus itu. Karena disitu negara tidak berperan dan orang-orang yang seperti itu biar kapok (untuk tidak menghina Islam lagi -red),” kata Munarman kepada voa-islam.com sebelum mengisi talk show “Membongkar Diskriminasi HAM Terhadap Umat Islam” di masjid Baitul Makmur Solo Baru, Sukoharjo pada Ahad (23/6/2013).
Salah satu pimpinan pusat Front Pembela Islam (FPI) ini menghimbau para pendeta dan penginjil agar lebih berhati-hati kembali di kemudian hari. Jangan sampai umat Islam terusik dan kemudian merespokan tindakan provokatif seperti itu.
...Hal itu biar menjadi pelajaran dan peringatan bagi para pendeta. Karena jika Islam dihina dan dilecehkan, umat Islam tidak akan tinggal diam...
Kasus eksekusi mati murtadin penginjil di Jepara juga harus betul-betul menjadi pelajaran dan peringatan bagi para pendeta dalam menyampaikan ajarannya jangan sampai menyinggung unsur SARA.
Ia menambah, jangan sampai kasus seperti itu terulang kembali dan umat Islam yang dipersalahkan. Karena jika terulang kembali hujatan-hujatan dan bentuk pelecehan lainnya terhadap simbol agama Islam dalam bentuk apapun, maka umat Islam takkan diam saja.
“Hal itu biar menjadi pelajaran dan peringatan bagi para pendeta. Karena jika Islam dihina dan dilecehkan, umat Islam tidak akan tinggal diam,” tegasnya. [Khalid Khalifah]

Sumber: VOA - Islam.com
 

"Terima Kasih Atas Kunjungan Anda"
***

Apindo: Buruh Minta Upah Naik 50 Persen, Kerja di Luar Negeri Saja!

Sofyan Wanandi
JAKARTA, TRIBUN - Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi menyatakan, pelaku usaha menolak tuntutan buruh untuk menaikkan upah hingga 50 persen pascakenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi.

Sofjan mengatakan, kenaikan upah minimum provinsi (UMP) tidak menjamin dapat meningkatkan produktivitas para pekerja.
"Ini menjadi indikasi dan menjadi pertanyaan para pengusaha. Buruh itu hanya menuntut, tapi tidak memperbaiki tugas dan pribadi mereka," kata Sofjan di Gedung Permata, Kuningan, Jakarta, Senin (24/6/2013).

Menurut Sofjan, lebih baik para pengusaha menambah mesin dan peralatan canggih lainnya daripada menambah jumlah buruh ataupun terus menuruti tuntutan buruh. Pasalnya, dari pengalaman, upah yang diberikan pengusaha tak sebanding dengan pekerjaan yang dihasilkan untuk perusahaan.

Terkait tuntutan buruh untuk meningkatkan 50 persen upah, ia mengatakan akan mendiskusikan terlebih dahulu dengan Dewan Pengupahan dan lembaga tripartit. Mereka baru akan memutuskannya tahun depan, dan di tahun ini, Apindo akan terus mengumpulkan data dan melakukan survei lebih lanjut.

Di samping itu, tuntutan kenaikan hingga 50 persen dirasa sangat berlebihan. "Tidak mungkin naik sampai 50 persen. Kalau begitu lebih baik kalian cari kerja saja ke luar negeri. Tahun depan, inflasi kita 7,2 persen. Mungkin kenaikan upah sedikit di atas itu," ujar Sofjan.

Salah satu contoh buruh yang menuntut kenaikan upah pascakenaikan harga BBM bersubsidi ialah buruh yang bekerja di kawasan Bekasi.

Beberapa waktu lalu, ribuan buruh mendatangi Kantor Bupati Bekasi untuk menuntut kenaikan upah minimum kabupaten/kota (UMK) hingga 50 persen.

Para buruh juga menggelar demonstrasi di kawasan  industri EJIP dan melakukan sweeping di sejumlah pabrik. Sebelumnya, pemerintah telah resmi menaikkan harga BBM bersubsidi. Harga premium naik dari Rp 4.500 menjadi Rp 6.500 per liter dan solar naik dari Rp 4.500 menjadi Rp 5.500 per liter.  (*)

sumber: Kompas.com / Tribun.com

"Terima Kasih Atas Kunjungan Anda"
***

Allahu Akbar!!! Trio Mujahid Jepara Eksekusi Murtadin Penghujat Islam



JEPARA (voa-islam.com) – Arogansi murtadin yang menabur penodaan agama menuai badai. Omega Suparno (42), seorang murtadin dari kota ukir Jepara tewas mengenaskan dieksekusi trio mujahid setelah terbukti melecehkan Islam secara provokatif. Meski terancam hukuman mati oleh hukum thaghut, trio mujahid Jepara tak gentar di jalan Allah.

Murtadin naas warga desa Mayong Kidul, Mayong Jepara Jateng ini dieksekusi setelah melakukan penodaan agama terhadap mujahidin dengan melecehkan Al-Qur'an, Allah SWT, Nabi Muhammad dan Syariat Islam. Sedangkan trio mujahid Jepara yang mengeksekusi murtadin calon pendeta itu adalah Ustadz Amir Mahmud (29), Sony Sudarsono (29), dan Agus Suprapto (31).

Ustadz Amir Mahmud adalah alumnus pesantren tauhid terbesar di kotanya yang sudah malang-melintang di dunia jihad. Usai menamatkan pendidikan di pesantren tahun 2000, ayah seorang anak ini ditugaskan dakwah di Lombok, NTB. Tahun 2001, ketika bumi Ambon bergolak, ia terpanggil untuk berjihad selama 4,5 tahun membela kaum muslimin yang tertindas.

Sony Sudarsono adalah mujahid yang sudah malang-melintang berjihad hingga mancanegara. Ayah dua orang anak ini pernah mengikuti pelatihan jihad di Moro Pilipina. Sedangkan Agus Suprapto, warga Semper Barat, Cililing, Jakarta Utara, adalah mujahid yang pernah bergabung bersama kafilah i’dad di Aceh bersama Abu Umar. Ayah empat orang anak ini sempat menjadi buronan Densus 88 Antiteror karena jihadnya.
Eksekusi terhadap murtadin calon pendeta ini bermula pada bulan Oktober 2012, saat Ustadz Amir menerima pengaduan dari berbagai aktivis di Kudus, mengenai sepak terjang penginjil Omega Suparno setelah murtad meninggalkan Islam. Setelah murtad, jebolan pesantren Kudus yang sempat kuliah di IAIN Yogyakarta ini pindah kuliah ke Sekolah Tinggi Theologia Baptis Indonesia (STBI) Semarang untuk mengejar obsesi menjadi pendeta.

Setelah data, alamat dan identitas Suparno terkumpul, Ustadz Amir berkunjung ke rumah Suparno dengan misi untuk berdialog dan mengkonfirmasi latar belakang kemurtadannya, pada Selasa sore (11/12/2012).
Mulanya, dialog berjalan biasa saja seputar perkenalan. “Njenengan leres Mas Suparno, lulusan Ma’ahid yang pindah agama?” tanya Amir. (Apakah benar anda bernama Suparno, alumnus Ma’ahid yang sudah pindah agama?). “Inggih, leres,” jawab Suparno singkat. (Iya, benar).

Namun agenda dialog yang direncanakan tak semulus rencana awal. Dikonfirmasi baik-baik, Suparno malah ngelunjak. Dengan provokatif, ia memaparkan bahwa imannya dalam Kristen sudah mantap dan tidak bisa diganggu gugat lagi. Bahwa semua manusia hanya bisa selamat di surga bila mengimani Yesus sebagai tuhan dan juruselamat. Dosa manusia hanya bisa dibersihkan dengan tebusan kematian Yesus di ting salib, dan keselamatannya sudah dijamin 100 persen oleh Yesus.

Untuk mempertegas kesaksiannya, Supar –sapaan akrabnya– mengumbar pernyataan yang mendiskreditkan Al-Qur'an.  “Al-Qur'an itu tidak ada yang benar, salah semua. Kalau di sini ada Al-Qur'an, saya injak-injak saja,” ejeknya sambil memeragakan kaki menginjak-injak lantai rumahnya.


Tak puas menghina Al-Qur'an, Supar melanjutkan sasaran hujatannya kepada Allah SWT. “Allah itu sebenarnya kan tidak ada, Allah itu baru diadakan setelah adanya bangsa Arab,” ujar Amir menirukan Suparno.
Ketika topik pembicaraan beralih kepada kenabian Muhammad SAW, Supar menyebut Muhammad bukan seorang nabi, karena kualitasnya hanya selevel dengan Kiyai Jawa. “Nabi Muhammad itu tidak boleh dikultuskan, karena kenabiannya setara dengan gelar kiyai di Jawa,” tegasnya.
Tak ada titik temu, dialog diakhiri ketika azan magrib berkumandang. Sebelum berpisah, keduanya berjanji untuk melanjutkan dialog lagi esok harinya.

Dialog juga tak berjalan imbang, karena Supar sebagai tuan rumah mencecar Amir dengan pemaparan seperti orang pidato. “Saya gak banyak kesempatan bicara, karena Supar bicaranya gak berhenti-berhenti,” papar Amir kepada voa-islam.com sebelum Sidang di PN Jepara, Kamis (20/6/2013).

Muwati (40) adik kandung Suparno, membenarkan adanya pertemuan dialog Suparno dengan Ustadz Amir Mahmud sehari sebelum insiden eksekusi. “Nggih, rumiyen wonten tamu kalih, sanjange rencange teng Ma’ahid, tapi adik kelasipun,” ujarnya kepada voa-islam.com, Kamis (20/6/2013). (Iya, dulu ada dua orang tamu, katanya adik kelas Suparno di Ma’ahid).

Tapi ia hanya mendengar sekilas dan tidak mengikuti percakapan sampai akhir karena ada urusan lain. “Nopo sing dipermasalahke kulo boten semerap,” jelasnya. (Apa yang dibicarakan mereka saya tidak tahu).
...Mereka adalah orang yang berani mengambil alih beban amanah yang seharusnya dipikul oleh negara, menyelamatkan Syariat agar tidak menjadikannya berdosa...
Esoknya, Rabu malam (12/12/2012) Ustadz Amir bersama Sony dan Agus mengeksekusi murtadin Suparno di belakang Ruko Jember Kudus. Setelah tewas, mayat Suparno dibuang ke hutan jati di Jepara.
Selanjutnya mayat Suparno di area petak 106 hutan jati desa Jinggotan, kecamatan Kembang, kabupaten Jepara pada Kamis (13/12/2012).

Polisi baru bisa mengungkap identitas korban sepekan kemudian, pada Rabu (19/12/2012). Setelah pengambilan sampel tes DNA dan dibawa pulang, jenazah Suparno dibawa ke Gereja Injili Tanah Jawa (GITJ) Jepara dan langsung dimakamkan malam itu juga di makam Kristen setempat.
Akhirnya Ustadz Amir, Sony dan Agus dibekuk tim khusus Polda Jateng, Jumat (28/12) di Sragen dan Kudus.
...Saya ingin menyampaikan pesan kepada para murtadin. Jangan sekali-sekali melecehkan Islam. Kalau Islam dihina, nyawa mujahid siap dipertaruhkan...

TEGAR MELAKSANAKAN SYARIAT

Kini, Ustadz Amir Mahmud, Sony Sudarsono, dan Agus Suprapto menjadi pesakitan di PN Jepara. Sidang pertama dengan agenda pembacaan Dakwaan digelar pada Kamis (13/6/2013). Ketiganya terancam hukuman mati, dengan jeratan pasal berlapis, antara lain: pasal 340 KUHP jo pasal 55 ayat 1 (1); pasal 338 KUHP jo pasal 55 ayat 1 (1), pasal 353 ayat 3 KUHP jo pasal 55 ayat 1 (1); pasal 351 KUHP jo pasal 55 ayat 1 (1).

Meski hukuman mati mengancam di depan mata, namun ketiga mujahid muda itu tak gentar. Mereka meyakini amaliah yang dilakukannya sebagai ibadah. “Melalui amaliah ini saya ingin menyampaikan pesan kepada para murtadin dan aktivis pemurtadan. Jangan sekali-sekali melecehkan Islam. Kalau Islam dihina, nyawa para mujahid siap dipertaruhkan!” tegasnya.

Jihad Trio Mujahid Jepara itu mendapat dukungan dari Front Pembela Islam (FPI). Pembina Laskar FPI Jawa Tengah, Ustadz Said Sungkar, menilai tindakan mereka sudah sesuai dengan nas Syariat yang memberikan sanksi kepada kaum murtadin.

 
“Sebagai kewajiban seorang Muslim, Rasulullah SAW mengatakan, "Man baddala dinahu faqtuluh" (Barangsiapa menukar agama maka bunuhlah dia). Karena di Indonesia tidak berlaku hukum Islam, maka daripada semua orang Islam berdosa, maka mereka mengambil alih tanggung jawab itu guna menyelamatkan umat Islam yang tidak menjalankan syariat,” jelasnya. “Memang, jika Syariat Islam berlaku maka yang berhak menentukan hukuman mati (kepada murtadin) adalah qadhi. Tapi karena tidak ada Syariat Islam, maka Syariat itu berlaku “manistatho’a.” Siapa yang mampu menjalankan, itu bisa,” tambahnya.

Ustadz Said bahkan memuji ketiganya sebagai pahlawan pemberani yang siap dengan segala resikonya. “Mereka adalah orang yang berani mengambil alih beban amanah yang seharusnya dipikul oleh negara. Tapi karena negaranya berkhianat kepada Syariat, maka mereka menyelamatkan Syariat agar tidak menjadikannya berdosa,” tandasnya.
...Dalam agama yang dianut para terdakwa membenarkan tindakan yang dilakukan seperti itu. Dalam dalam keyakinan agama tersangka, ini adalah ibadah dia...
Senada itu, Koordinator Tim Pengacara Muslim (TPM), Achmad Michdan SH menegaskan bahwa insiden eksekusi Trio Mujahid Jepara terhadap murtadin Suparno itu bukan kasus pembunuhan biasa. Pasalnya, eksekusi ini adalah respon para aktivis Islam terhadap tindakan provokasi murtadin Suparno yang melecehkan Islam dengan semena-mena. Karenanya, kasus ini tidak bisa diterapkan pasal Pembunuhan Berencana. “Ini bukan pembunuhan biasa, karena amat nyata dimulai dari provokasi kebencian terhadap agama lain oleh korban dengan menyudutkan dan menjelekkan agama lain,” tegasnya.

Michdan mengingatkan, di mata hukum, tindakan provokasi agama itu memiliki konsekuensi hukum. Dalam hukum Islam, sanksi terhadap orang yang melecehkan Allah dan Rasulullah adalah hukuman mati, dan pelaksanaannya dinilai ibadah.

“Keyakinan agama itu diajarkan sedemikian rupa, dan pelecehan agama itu memiliki konsekuensi secara hukum,” jelasnya. “Kasus ini betul-betul kasus penghinaan dan pelecehan, dan dalam agama yang dianut para terdakwa itu membenarkan tindakan yang dilakukan seperti itu. Dalam dalam keyakinan agama tersangka, ini adalah ibadah dia,” tandasnya. [a ahmad jundullah]
Sumber:VOA-Islam.com
***

Wednesday, June 26, 2013

Tulis Soal Biksu Buddha, Majalah Time Picu Kemarahan Pemerintah Myanmar

Yangon, - Tulisan majalah Time mengenai seorang biksu Buddha terkemuka di Myanmar menuai kemarahan pemerintah dan publik negeri itu. Apalagi artikel itu disertai headline "The Face of Buddhist Terror".

Para pengguna media sosial juga mengungkapkan kemarahan mereka atas foto di sampul edisi Juli 2013 majalah ternama Amerika Serikat itu. Untuk sampul majalah, Time memasang foto biksu kontroversial Myanmar, Wirathu, yang telah melontarkan sejumlah pernyataan antimuslim menyusul serangkaian kekerasan sektarian antara warga muslim dan Buddha di negeri itu.

"Itu (tulisan Time) telah menimbulkan kesalahpahaman mengenai agama Buddha yang telah ada ribuan tahun dan merupakan agama mayoritas warga negara kami," demikian pernyataan kantor kepresidenan Myanmar yang diposting di situs resmi kepresidenan.

"Pemerintah saat ini sedang berjuang bersama para pemimpin agama, partai politik, media dan masyarakat untuk membersihkan Myanmar dari konflik-konflik yang tak diinginkan," demikian disampaikan seperti dilansir kantor berita AFP, Senin (24/6/2013).

Petisi online yang dimulai akhir pekan lalu untuk mengecam majalah Time, hingga hari ini telah berhasil mengumpulkan hampir 40 ribu nama pendukung. Dalam petisi itu disebutkan, penggunaan kata-kata "Buddhist" dan "Terror" dalam artikel yang menjadi cover story Times tersebut telah "membuat marah umat Buddha yang damai".

Sementara para pengguna Facebook menuding Time telah memperburuk perpecahan dan menghina agama utama Myanmar. "Menghina biksu Wirathu, seorang putra Buddha adalah sama dengan menghina agama Buddha," demikian bunyi postingan seorang pengguna Facebook bernama Wai Phyo.

"Apa yang dilakukan Wirathu saat ini adalah melindungi agama dan kebangsaan kami," tulis pengguna Facebook lainnya seraya mendesak Time untuk meminta maaf.

"Jelas sekali penulis ini tidak memahami Myanmar dan Buddha dengan baik," demikian bunyi postingan lainnya.

Pada Maret lalu kekerasan sektarian kembali terjadi di Myanmar tengah yang menewaskan sedikitnya 44 orang. Ribuan rumah dibakar dalam insiden tersebut. Menurut sejumlah saksi mata, sejumlah orang yang mengenakan jubah biksu terlibat dalam konflik sektarian antara warga muslim dan Buddha tersebut.

Sumber: Merdeka.com

***

Kisah Pilu, Warga Rohingya di Perairan Aceh Utara

KISAH pilu yang menyertai perjalanan 121 manusia perahu asal Rohingya. Mereka selama 10 hari terombang-abing diperairan Aceh Utara dan diselamatkan oleh petugas imigrasi. Mengisahkan jadi korban kebiadapan tentara otoritas Thailand. Kapal mereka ditembaki hingga 12 nyawa melayang, selanjutnya terpaksa dihanyutkan ke tengah laut.

Dengan sejumlah pengungsi yang  kini ditampung di Penampungan sementara Kantor Imigrasi Lhokseumawe di Peuntut, Kecamatan Blang Mangat, Rabu (27/2/2013).

“Awalnya kami berjumlah 133 orang, 12 diantaranya tewas ditembak polisi Thailand yang berada di laut, boat kami yang besar diganti dengan boat kecil tanpa mesin kemudian diseret ke tengah laut, setelah itu ditembak dari jarah jauh, semua yang tewas adalah laki-laki dewasa, sedangkan anak-anak dan wanita semua selamat,” ujar Farid Alam (21) terbata-bata dengan dialek melayu Malaysia.

Menurut pria asal Desa Raya Zadim Fara salah satu perkampungan etnis Rohingya di Distrik Arakan, Myanmar itu, mengaku otoritas Thailand juga mengambil dan membuang semua logistik, diantaranya makanan, pakaian dan air minum yang disimpan dalam boat ke laut. Saat diseret ke tengah laut, mereka semua pasrah dan tidak berani melawan karena takut ditembak.

“Boat kami yang besar dan mesin ditembak hingga tenggelam, kemudian kami dipindahkan ke boat kecil. Setelah itu boat kami  ditarik oleh boat patrol dengan cara diikat, dibagian depan hingga ke tengah laut. Baru kemudian ditembaki hingga bolong-bolong. Supaya tidka tenggelam, lalu disumpal dengan baju, namun aksi pemberondongan tersebut membuat 12 saudara kami tewas,” katanya dengan nada sedih.

Hal senada juga diakui, Samsul Alam (35)warga  asal Desa  Paung Pagri yakni desa tetangga Raya Zadim Fara. Pria yang mengaku tujuannya mengungsi dan  meninggalkan enam anak dan satu istri itu, untuk mencari daerah muslim yang bisa ditinggali. Tujuan utama mereka adalah Malaysia dan Indonesia. Namun malang,  semua makanan yang dia siapkan untuk perjalanan jauh, ludes bersama kapal yang ditenggelamkan oleh Polisi Thailand.

Menurutnya, 133 orang yang berasal dari beberapa desa diantaranya, Paung Pagri, Kyauk Chung dan Raya Zadim Fara berangkat secara diam-diam dan berkumpul di satu lokasi aman, kemudian mereka berangkat pada malam hari agar tidak diketahui oleh warga Myanmar yang mayoritas beragama Buddha  dan petugas militer yang selama ini membantai mereka.

“Sepuluh hari kami tidak makan dan minum, kalaupun ada sangat sedikit dan itu kami berikan untuk wanita dan anak-anak, kami sangat senang tiba di sini, dan kami berharap tidak dipulangkan ke Myanmar,” katanya dengan tangan memohon.(JPNN)

Sumber: Pelita Online.com
***
****